Langit di atas Jakarta malam itu tanpa bintang. Aku tau betul karena sempat aku menengadah mencuri pandang berharap mendapati satu saja kerlip cahaya sesaat sebelum aku lebur dalam perbincangan, berbagi cerita dan tawa bersama mereka. Di sebuah sudut di kursi taman, kupejamkan mata sejenak, meresapi bau hujan yang tertinggal, udara yang basah, aroma tembakau bercampur dengan wangi parfum yang kental, dan suara-suara bersautan di sekelilingku. Beberapa detik keheningan yang selalu kucuri dari sebuah perjumpaan, atau ditengah keramaian. Hening yang hanya milikku, yang dengannya kubebaskan ruang batin dari hiruk pikuk dunia. Aku di sana, tapi sebagian jiwaku tak ada di sana. Kubiarkan ia mengembara meninggalkan kekosongan yang hanya aku yang tau cara menikmatinya.
Dalam cahaya obor samar-samar, beberapa orang berdiri di panggung dadakan, membawakan lagu-lagu manis yang sebagian tak kukenal namun diam-diam menyusupkan rasa hangat yang aneh dan akrab, seolah memeluk jiwaku dengan lengan-lengan yang tak terlihat. Lagi dan lagi, gumam kagum dan tepuk tangan sopan melayang-layang memenuhi udara di tengah manusia-manusia yang tak lelah berbincang, dalam kelompok-kelompok kecil bersama melewati malam di tengah kota yang tak hendak tidur meski waktu perlahan merayap semakin larut.
Kemudian sesuatu membuatku tersentak. Mereka, musisi-musisi itu, memainkan lagu yang selalu membawaku kembali ke suatu masa yang begitu berjarak. Lagu yang seolah berasal dari satu rentang waktu yang jauh, dari satu abad yang berbeda.
Salahku. Salahku tak mampu menghapus kenangan yang tertinggal dari hanya sebuah lagu, deret notasi indah yang masih dan akan selalu mengingatkan aku tentang kamu dan satu dimensi waktu yang abstrak dan tak terjangkau. Dengan tangan gemetar, kumatikan batang rokok kesekian yang masih terselip di jemariku. Dan tanpa bisa kubendung, dengan liar benakku menyusun kembali rangkaian cerita yang mestinya telah lama usai dan menyisakan berbagai pertanyaan tak terjawab, hal-hal yang susah payah berusaha kupahami karena kau memintaku untuk mengerti. Kemudian, seperti kesetanan, tiba-tiba saja aku menuliskan sesuatu, barangkali hanya sebuah catatan perjalanan, atau sepucuk surat yang tak akan pernah terkirimkan, untukmu.
I heard them play that song. And for a few seconds there, my world just seemed to stop spinning around. The thought of you made me smile in pain, and the next thing I knew was that pointless feeling coming out of nowhere. Once again, I helplessly whispered your name.
“Sweet thing….sweet thing…..”
Malam semakin tua. Hujan telah lama reda, dan di sana sini sesekali masih terdengar gelak tawa. Taman Menteng, Jakarta.
UPDATED:
* baca penjelasan Hedi tentang acara ini. silakan ke kamar sebelah.
tolong! yg bahasa inggris itu artinya apa? :((
dan, surat ini buat KAMU yang mana??? jangan biarkan KAMU-ku Ge Er.
saya mau bilang sama Paman: Simbok jangan diundang lagi, Paman. dia sibuk dengan dunianya aja meski di tempat rame. kek orang autis!
jangan marah! saya juga sering melakukan ini. menikmati kesendirian di tengah hiruk pikuk
oh iya, satu lagi! saya bisa membayangkan orgasme-mu, mbok…saat menulis ini :d
efek hujan bisa macem2 yah. buat sebagian orang bisa jadi romantis gombalis. buat sebagian lain yg stuck di cengkareng, hujan nggarai misuh tok ae…
lah, keliru nulis. masudte melankolis gombalis :p
seru acaranya… sayang gak bisa hadir mbok.. tapi kenapa berasa sepi mbok.. apakah mereka gak bisa membuatmu tertawa :P
hmmm… lagu yg mana tuh, mbok?
kalo aku paling berkesan waktu denger lagu Somewhere Over The Rainbow, OST The Wizard of Oz. :D
Sayang, sukmaku tak hadir di sana, apalagi ragaku …
Halah…pasti lagu The Corrs :P
i heard it
u whispered my name..
“guuuuum….”
*ditimpuk asbak*
pengalaman yang asik mbok…. wisata ke masa lalu memang menyenangkan sekaligus menyedihkan pada saat yang bersamaan.. bahkan terkadang menyakitkan… :)
weleh kopdar bisa jadi puitis ya mbok
*geleng2x*
bukan lagu yang menggerakkan hatimu diajeng . . .
tapi lembar demi lembar harmoni tataran hati . . .
tidak semua hati memiliki . . . . hanya dia yang ada pada gelombang
dan . . . setia hingga coda . . . :)
ehmmm ehmmm…, habis ngebut 160 Km sama juragan kok jadi pujanggi ginih yahh……., hmmm…, ini bener simbok kan..??
wah puitis banget kata-katanya :D
kopdar lagee???? uuuuuhhhhh…….fantas….fantas klo ol selalu busy…….:)
nostalgia mbok ???
suasana malam ditambah musik memang bisa menghanyutkan, mbok..
dan akhirnya aye jadi nggak motret satu pun saking keasyikan :D
Kalo gitu tiap jumat malam nongkrong di BHI aja mbok, biar bahan posting makin banyak dan makin puitis. :D
woalaaah..dengerin lagu aja langsung keingaaaattt
duh simbok, ternyata masih bisa terbanting ke dalam melankolis… tak pikir biyen, sebelum kenal, simbok iku wong galak :)
wah si mbok romantis tis….
[urung niat mbakar omah neh kan mbok]
syukur lah wes terpuaskan…
*siap siap tameng di kampleng si mbok*
launching dagdigdug ya mbok?
wah sebegitu dahsyatnya moment di taman itu?
hik hiks.. sayang sesal kemudian tak berguna… :)
sopo ik mbok?
aih.. nikmat.. suara, wangi, masa lalu… masih blom ingin beranjak hoho.. met menikmati mbok :)
taman menteng?? waaaahh..tempat dimana cowok asma dan selingkuhannya kencan untuk pertama kalinya disana..hikss..hiks…
waks, bahaya ki :D
ini masih dagdigdug
ya..ya.. terjawab sudah bahwa simbok seorang wanita yg peka perasaannya. Nikmati aja mbok selagi bisa.
*bersama kliwon mengenang masa lalu*
Asyik ya… bisa menyisakan waktu di tengan berbagai aktivitas untuk saling bertemu muka…
Ah… inginnya…
puitis gitu jadi bikin saya takut ngajak ngobrol jumat malam itu :)
indahnya yg lagi puitis, keren ven! :)
aku wingi sungkan kate ngajak ngobrol sampeyan mbak..
Ah, ya, deretan nada itu memang bisa membawa semua memori kembali…
*dengerin lagu sambil bernostalgia..
coba aku ada, pasti denger bisikan nama itu.. *nakal kamu mbok, ngga halo2*
mak jleb, dan saya dibungkus cemburu :(
aku baca judulmu..METENG/HAMIL..!!!!
hehheheheh…
*permisi*
… dengan liar benakku menyusun kembali rangkaian cerita yang mestinya telah lama usai …
agak susah aku membayangkan sesuatu yang liar bisa menyusun, karena syarat keliaran justru tiadanya ketersusunan. tapi mungkin kisah ini pun tentang sesuatu yang tak terlukiskan, tentang surat yang tak terkirimkan.
untung taman menteng keren..sekalian bisa denger lagu..bukan taman lawang..
lagi feeling blue toh mbok?
sumpah beneran sekilas ak baca judulnya temen meteng….kacau ki rodo burem mripatku bu!
lagu selalu bisa melemparkan kita tiba-tiba ke dalam ingatan tentang suatu masa. Macem sontrek gitu laaah..
I always love the way you describe ur feeling… :)