Jadi begini rasanya.
Beberapa minggu yang lalu, ketika tulisan tentang telepon umum dimuat di detikinet, dan beberapa pembaca berkomentar miring, saya sempet ngedrop dan kehilangan rasa percaya diri. Terbiasa mendengar dan menerima respon menyenangkan di blog sendiri –dan tentu saja di ngerumpi– membuat saya terkaget-kaget. Bayangkan rasanya membaca komentar gak enak seperti, ‘wah jangan-jangan mbak ini juga perokok ya? Ih amit-amit.’ Atau ‘ini maunya ngasi opini berbeda tapi jadinya kok kampungan gini ya? Baru punya hape ya mbak? Baru belajar ngrokok?’
OH ASTAGA BETAPA JAHATNYA…
Kemarin, sekali lagi saya gemas dan pengen ngomel-ngomel waktu artikel Paman Tyo juga direspon negatif. Dibilang ‘apaan sih ne artikel? kok judul ma isi ga nyambung, dst dst…’
Lah, gak nyambungnya di mana, saya juga gak paham. Dan maaf beribu maaf, itu Paman Tyo gitu loh. Lucu juga membayangkan, ini si penulis komentar pastilah gak tau siapa paman tyo, atau bagaimana semua orang hormat nyaris memuja beliau dan kepintarannya.
Belakangan saya berusaha berpikir positif. Menulis di tempat yang dibaca oleh pembaca sebanyak itu, tentu kita tak bisa berharap akan bisa menyenangkan semua orang. Seorang kawan, penulis handal yang artikel-artikelnya dimuat rutin di sebuah media berbahasa Inggris di Jakarta, menjawab kegemasan saya. “Resiko, Ven. Tulisan yang dipublish dan dibaca oleh publik, pasti mengundang respon publik yang…well, publik.”
Yup. Makes a lot of sense. I think that was just my ego talking. Lain kali mungkin saya harus belajar menulikan telinga. Tetep nulis apa pun yang ingin ditulis, karena kalau sibuk mikirin apakah pembaca akan suka atau enggak, ya gak pinter-pinter kita.
tak kenal maka tak sayang
aku sampek wareg nek celaan ngunu :D
cih,mereka belum tau sampeyan sama pantyo kayaknya mbok… sabar2..
cuma bisa komentar miring, sama sekaligak ada solusi… 8->
Hihihi, pedih ya, Mbok? Cuekin ajalah. Ntar juga kebal. Aku juga pernah dibegitukan di blogku sendiri malah ;)). Tapi aku biasa aja. Namanya juga bebas beropini. Wis ben wae. Pokoke nggak melanggar Undang-undang kan yaa.. :D *peluk simbok*
resiko mbok… semakin tinggi dahan pohon, semakin kencang angin bertiup..
*puk-puk simbok*
yaa benar.. Beginilah indonesia..
hidup ‘om’ venuus..! He3x..
hem… Pelajaran berharga, konsekuensi logis melayani orang banyak. Melayani pasangan sendiri aja kadang di kritik kita merah juga kuping. Btw lugas adalah yg terbaik. Baik yg nulis dan yg komentar. Wassalam.
errrr bukannya kalo menulis kolom, dengan massa pembaca yang lebih luas, memang harus siap dikritik kan ya? Kan ga semua orang penerimaannya sama. ga semua orang pengertiannya sama. ga semua orang bisa menangkap A tetep menjadi A, kan bisa jadi B atau malah jadi AB. :))
ah well, itu bagian dari proses pembelajaran kan ya Mbok?
jadi kapan mau nyetting iPad?
:D
bukannya penulis sudah ‘mati’ ketika karyanya sampai di tangan audiens?
oiya, waktu itu aku baca mbok…
beda pendapat mah biasa, apalagi kalo medianya segede detik, pembacanya makin beda jauh juga karakteristiknya. apa itu kata temenku… oiya, it’s ok to be knocked down sometimes, but don’t let life knocked you down. dalam kasus ini, don’t let your readers knocked you down, kali ya?
biasa bleh, semua tulisan di media news online komentarnya banyak yg miring…santai ae, maju terus! :D
aaaah senangnya baca komentar yg menenangkan hati kyk gini.. ya ya, sayanya aja yg gak tahan banting dan kagetan kali ya ;))
thank you, temen2 :d
Kembali kasih, Mbok :)
Sejak tulisan teman-teman dari Langsat (termasuk diantaranya, Paman dan Simbok) terpajang di detik, saya selalu setia memantau. Menurut saya tulisan-tulisan itu bagus kok. Soal komentar, saya juga kaget waktu baca komentar-komentarnya. Tapi tenang aja Mbok. Biar kata banyak orang yang nyela, masih ada saya di sini yang nge fans kolomnya Simbok (dan juga kolomnya mas Paman juga).
(*Eh ngomong-ngomong saya siapa yaah? …Ahh saya cuma fans beratnya Venus to Mars biasa kok :) *)
Iya Mbok alias Venus alias Driana :-) itu adalah konsekuensi menulis atau tepatnya beropini di tempat publik, kita sering terkaget-kaget membaca komentar orang lain. Tetapi sesungguhnya itu akan memperkaya pemikiran kita juga .. so, just stay positive :-)
sepakat! tetap nulis apa yang pengin ditulis! XD
semangat, mbok! :)
Syukur dong Mbokk, artinya tulisanmu dibaca sama ribuan pembaca yang asalnya dari mana-mana, kuburan, hutan, goa, contohnya ya kayak aku ini hihihihi
Mengapa komentar di blog lebih menyenangkan daripada di kolom publik macam detik itu? Karena di blog yang komen yaa sesama blogger, taulah gimana cara mengapresiasi tulisan. Lha yang komen di detik? Paling juga orang yang lagi ga punya kerjaan lain mbok.
Sing sabar wae mbok. Itu tanda dirimu sudah jadi seleb :))
Betewe kalo dirimu penulis abal-abal, lha aku opo mbook? *garuk2 tanah*
wis lah mbak, orang2 begituan ga usah dipeduliin… mang akan selalu ada.
nikamatin aja menulisnya…. :-)
sekarang udah gak kaget lagi kan mbook… brarti udah siyap jadi seleb domz! hihihi… ;))
yang penting tetep nulis yah mbok.. bodo amat orang komentar apa :))
paragraf ini rada mengganguku
” Dan maaf beribu maaf, itu Paman Tyo gitu loh. Lucu juga membayangkan, ini si penulis komentar pastilah gak tau siapa paman tyo, atau bagaimana semua orang hormat nyaris memuja beliau dan kepintarannya. ”
menurtku kita harus pisahkan antara tulisan dan author
the death of the author kalo kata Roland Barthes
Kali ini saya mau ‘ikut-ikut; dengan yang berkomentar di blog Paman Tyo: “Tulisan apa tho ini, judul dan isi nggak nyambung..! Siapa yang abal-abal?” Kamu? Beuh, kalau kamu abal-abal lalu aku ini apa ya..:)
Maju terus, Mbok…
but that one is truly awful :D dan saya setuju dengan komen sapiterbang diatas. begitupun, teruslah menulis. dengan begini, akan makin terasah!
saya kira kalok kita sudah memutusken buat go blog, aliyas menulis blog, ya resikonya dikomen miring sama orang…..sama kek petani nanem padi disawah ya resikonya digasak tikus….salam kenal
memang susah jika niat menulis hanya untuk menyenangkan orang lain, lha mau dikemanakan kebebasan ekspresi kita, bagai rantai di kaki saja, gak enak kan?:D, tenang lha mbok, klo ada tulisan yg menuai pro-kontra berarti tulisan itu mendapat banyak perhatian, nah anggap saja org yg komen asal2an itu sedang memperhatikan tulisan anda, hanya saja dia kurang pintar mengungkapkan isi pikirannya, ambil enaknya aja,,, keep write!!
ah itu obat kuat ven, venus gitu loh, pastilah bisa mengatasinya. keren deh sohibku sudah punya kolom di detik. krn menyepi br bbrp kali aku sempat baca…sukses ya!
lah wong komentar neng media online mainstream macam detik kok diambil ati. Lagian sing komentar yo wong gak jelas ngono… :p
tetap semangat mbok!