Menjadi muda––baik secara harfiah maupun figuratif––sama sekali tidak menutup kans untuk menjadi sukses––lagi, bagaimanapun seseorang memilih untuk memaknainya. Setidaknya, begitu kata seorang teman saya di meja makan siang beberapa hari yang lalu.
Tanpa perlu berpikir lama, saya mengiyakan pernyataannya dengan mantap. Tidak perlu melihat terlalu jauh. Sangat banyak teman dekat saya yang mendapat cap sukses dari orang-orang di sekitarnya di usia yang terbilang muda. Jelas tertulis tebal di dahi masing-masing dari mereka; tidak secara harfiah, tentunya. Inspiratif? Pasti.
Muda dan sukses adalah dua kata yang bagi saya tidak mempunyai tolak ukur yang saklek. Menjadi pelatih salah satu klub bisbol ternama yang berlaga di Liga Bisbol Profesional di Jepang pada usia 40 tahun, menurut teman saya, patut dianggap sukses. Tetapi, di usia yang sama, pergi ke kantor tiap pukul 6 pagi, lima hari dalam seminggu demi gaji rata-rata, kami berdua sepakat untuk menunda pemberian label sukses.
Terlebih lagi ketika kedua kata sifat tersebut digunakan dalam satu rangkaian. Contoh: Pengusaha muda yang sukses. Tidak jelas apakah maksud dari deretan kata tersebut mengimplikasikan pengusaha muda yang sudah sukses atau pengusaha yang sukses di usia muda. Ah, sudahlah, saya bukan ahli linguistik.
Jadi, di mana kedua kata tersebut bertemu?
Sepulang dari undangan makan siang tersebut, saya tergoda untuk mencari tahu kriteria pengakuan dunia untuk kata kunci ‘muda’ dan ‘sukses’. Sebagai tambahan, sejak kecil saya tidak pernah akur dengan deretan angka––kecuali yang di atasnya tertulis nama saya sendiri, dong. Bisa ditebak, hasil pencariannya sukses bikin saya garuk-garuk kepala.
Daftar Orang-orang Terkaya di Indonesia menurut Forbes tahun 2014 tahun lalu menjadi sumber informasi utama saya ketika itu. Dibanding tahun sebelumnya, tidak banyak perubahan signifikan yang terjadi di daftar tersebut. Klik, klik, saya tidak tertarik. Namun, ada beberapa nama di daftar tersebut yang sukses mencuri perhatian saya. Salah satu kesamaan mereka––selain fakta bahwa mereka tersebar di sekitar puncak daftar tersebut, pastinya––adalah semuanya berbagi posisi di kolom ‘youngest’ atau ‘termuda’.
Ciliandra Fangiono
Di nomor 22 ada Ciliandra Fangiono. Saya sendiri tidak familiar dengan nama tersebut, namun net worth dan usia beliau membuat saya hampir tidak percaya. $1.500.000.000,- pada usia 38 (tiga puluh delapan) tahun saja. First Resources, perusahaan produsen minyak sawit yang dikepalai oleh beliau merupakan salah satu perusahaan produsen minyak sawit yang beroperasi di Indonesia dengan jumlah kebun yang mencapai 170,000 hektar.
Hary Tanoesoedibjo
Beralih ke peringkat 24, muncul nama yang lebih saya kenal; Hary Tanoesoedibjo. Banyak orang lebih suka menyingkat namanya dengan HT saja. Sejak menyelesaikan studi Business Administration di Ottawa University, Amerika Serikat, pada tahun 1989, beliau telah memimpin beberapa perusahaan besar. Yang paling terkenal, tentu saja, adalah MNC Group, perusahaan media terbesar di Indonesia.
Garibaldi Thohir
Bercokol di tangga ke-37 adalah Garibaldi Thohir dengan net worth mencapai $ 855.000.000,-. Jujur saja, pengetahuan saya tentang beliau sama luasnya dengan tingkat penguasaan saya dalam bahasa Serbia––hampir nol besar. Tidak banyak yang membuat saya penasaran terhadap pengusaha yang akrab dipanggil Boy Thohir ini, kecuali celetukan anak saya yang, saat saya sedang asyik membaca, ikut mengintip ke arah layar komputer: “Garibaldi Thohir masih sodaraan sama Erick Thohir yang punya Inter, ya, Bu?”
Didasari oleh rasa terkejut saya bahwa ada orang Indonesia yang memiliki klub sepakbola yang berkompetisi di tingkat tertinggi di negara dengan pamor sepakbola sebesar Italia, saya memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang saudara kandungnya, Garibaldi Thohir.
Lahir di Jakarta pada 1 Mei 1965, Boy Thohir adalah kakak kandung dari Erick Thohir. Silsilah pebisnis sepertinya mengalir di keluarga mereka, mengingat ayah kandung mereka, Teddy Thohir, merupakan salah satu co-founder PT Astra International Tbk, sebuah grup yang bergerak terutama di bidang otomotif. Setelah meraih gelar MBA dari Northrop University, Amerika Serikat, pada tahun 1989, beliau bergabung dengan grup Astra yang kala itu dipimpin oleh ayahnya. Setelah memiliki cukup pengalaman, Boy Thohir kemudian terjun ke dunia pertambangan dengan bergabung dengan PT Allied Indocoal, sebuah perusahaan batu bara yang berbasis di Sumatera Barat, sebelum akhirnya mengambil alih PT WOM Finance, sebuah perusahaan finansial yang berafiliasi dengan Honda Motor pada tahun 1997. Tak hanya mengambil alih, beliau juga turut mengangkat nama WOM Finance ke dalam daftar perusahaan-perusahaan finansial terbaik di Indonesia meskipun hampir jatuh ketika krisis moneter melanda Indonesia tahun 1998 silam. Namun, barulah beberapa tahun kemudian, melalui Adaro Energy, Garibaldi Thohir menancapkan tajinya di pucuk dunia bisnis––terutama tambang.
Adaro Energy merupakan perusahaan batu bara terbesar di Indonesia––dan di belahan bumi bagian selatan––serta keempat terbesar di dunia. Pada tahun 2005, Boy Thohir bersama seorang koleganya mengakuisisi 49% saham Adaro Energy. Karir bisnis beliau terbang semakin tinggi dengan kesuksesannya sebagai CEO Adaro Energy. Mengandalkan brand batu bara ramah lingkungan mereka, Envirocoal, Adaro sukses menguasai 30% pasar batu bara Indonesia. Seiring dengan kesuksesannya, berbagai gelar pribadi seperti Asia’s Hottest People in Business oleh Fortune dan The Best CEO oleh Tambang Magazine mempermanis rekam jejak Boy Thohir, membuatnya menjadi salah satu pebisnis paling berpengaruh di Asia. Bahkan, beliau juga merupakan salah satu dari delapan peraih Jewels of Muslim World Award 2012. Adaro Energy pun bukan tanpa capaian; pada tahun 2013, 2014, dan 2015 lalu, Adaro Energy didapuk menjadi masing-masing Indonesia’s Most Admired Company oleh Fortune, Green PROPER Award untuk praktik pertambangan terbaik di Indonesia, serta menjadi jawara dalam CSR Governance Performance in Mining Sector. Di usia dan masa kepemimpinannya yang masih cukup muda, rasanya raihan di atas cocok saya masukkan ke dalam kategori sukses.
Luar biasa. Menurut saya, mereka adalah orang-orang terpilih. Tentu tidak mudah mencapai puncak seperti mereka. Bukan hal gampang untuk menjadi sukses, kaya raya, namun tetap menjadi manusia yang berguna untuk banyak orang. Bahkan di level mereka, ekonomi negara.
Buat saya pribadi, rasanya sangat terlambat ––dan kelewat ambisius–– untuk bisa masuk ke daftar emas seperti yang telah dilakukan orang-orang di atas (atau tidak? hehe). Berasal dari latar belakang keluarga, pendidikan, serta bidang bisnis yang beragam, mereka muda dan sukses––dengan cara dan pemaknaan mereka masing-masing––di waktu yang bersamaan.
Jadi, siapa orang-orang cemerlang yang meraih sukses di usia muda yang menginspirasimu?
*ilustrasi dari sini.
biarpun tokoh fiksi, tapi aku penggemar sheldon cooper dari serial tv the big bang theory. dia masih muda tapi sudah punya dua gelar doktor, kerja dengan serius, dan prestasinya luar biasa.
aku gemes kalo sama dia :))
bocahe emang nggemesi dan nyebahi tapi tetep aja dia accomplished scientist. aku iri :))
Aku juga suka sheldon tapi bocahnya minta dijewer banget :))) :-|
Keren Mbok tulisannya. Tapi bicara tentang inspirasi, kaulah inspirasi ku Mbok.. *tersedu*
Wah lay out blognya baru! Tapi kok widget kanannya sepertinya masih berantakan, munculnya di bawah mbok? Padahal aku buka dari MBP layar 13″ lho…
pergi ke kantor tiap pukul 6 pagi, lima hari dalam seminggu demi gaji rata-rata, kami berdua sepakat untuk menunda pemberian label sukses — AKU BELUM SUKSES KALO BERDASARKAN KALIMAT INI *nunduk
Aku pingin ngantor di kantor dia deh #eh
Kemarin mamak baru kasitau lagi.
Kalau mau dapat lebih banyak, ya kerja lebih keras, ga ada jalan lain.
Eniwei, kaulah idolaku, mbok!
Ciliandra Fangiono ini klien aku dulu jaman dia baru lulus S-2 di US, baru married sama orang Spore, kemudian disuruh megang perusahaan sawit bapaknya Surya Dumai Group.
Orangnya emang pinter bangeeeeet…
Dan ganteng. *ihik*