If you are born poor, it’s not your mistake. But if you die poor, it’s your mistake. ~Bill Gates
Kalau Anda membaca tulisan saya beberapa minggu yang lalu tentang Boy Thohir, salah satu tokoh pengusaha sukses yang saya kagumi, sekarang mari kita ngobrol lebih jauh tentang kesuksesan, uang, dan hubungan di antara keduanya.
Kata orang, uang adalah sumber masalah. Money is root of all evils. Punya banyak uang, berpotensi membuat seseorang atau suatu kelompok memiliki power, lalu karenanya membuat mereka leluasa menindas orang atau kelompok lain.
Namun, ada juga pendapat yang mengatakan sebaliknya: kemiskinan adalah akar segala masalah di dunia ini. Kelaparan, kejahatan, kerap bersumber dari kemiskinan, atau keadaan serba kekurangan. Orang bisa mencuri, menjambret, menodong, karena dia/mereka miskin dan tidak memiliki uang.
Tanpa bermaksud menyimpulkan mana yang benar dan mana yang kurang benar, saya pribadi lebih mempercayai pendapat yang kedua. Karena bagaimanapun, orang perlu uang untuk bertahan hidup. Belum lagi jika bicara tentang kebutuhan sekunder dan tersier. Untuk mendapatkan pendidikan –apalagi pendidikan yang layak–, ada biaya yang harus dibayar. Supaya bisa menutup aurat, kita butuh pakaian. Beli baju, tentu saja harus pakai uang. Gak bisa lagi barter dengan ayam, kambing, atau hasil kebun, misalnya. Rumah sebagai tempat tinggal yang nyaman untuk keluarga, belinya juga perlu uang.
Daftarnya, saya rasa, tidak akan ada habisnya. Telepon genggam, mobil, pensil alis, dan seterusnya dan sebagainya. Untuk mendapatkan semua itu, kita butuh uang. Banyak sekali uang. Ya kan?
Nah, kalau begitu, apakah kondisi ini bisa kita balik? Jika keadaan tidak punya uang adalah sumber masalah atau sumber segala kejahatan, apakah lantas kekayaan membuat seseorang PASTI menjadi manusia yang baik?
Menurut saya, ya nggak juga. Tidak selalu seperti itu.
Cukup sering juga saya kenal, ketemu, atau tahu beberapa orang yang anomali. Luar biasa sukses, kaya raya, tapi kesuksesannya itu hanya berguna untuk kelompoknya sendiri saja.
Kalau Anda rajin baca berita atau nonton berita di televisi, pasti mengerti apa yang saya maksud. Setiap hari ada saja kabar tentang orang-orang sukses, pandai, terpandang, yang ternyata kelakuannya gak karuan. Bukannya memanfaatkan kekayaan dan kesuksesannya untuk kemaslahatan, untuk kesejahteraan orang banyak, tapi malah makin rakus dan gak peduli apakah ia menjadi pintu berkah atau bencana buat sekitar.
Lalu kalau sudah kaya, sukses, idealnya harus gimana, sih?
Yaaa menurut saya, kalau sudah diberi rejeki lebih, kalau kesuksesan membuat kita punya power untuk melakukan sesuatu (baik atau buruk), maka jadilah orang baik. Jadilah berkah, manfaat, dan pintu rejeki untuk banyak orang lain.
Lantas apa hubungannya dengan Boy Thohir?

Nah, sekarang mari kita kembali ke Boy Thohir, bapak yang kesuksesannya menginspirasi saya untuk terus belajar dan belajar lagi itu.
Jujur saja, saya belum pernah bertemu atau kenal secara pribadi dengan beliau. Cuma pernah beberapa kali membaca namanya di portal berita. Bulan Ramadhan yang lalu, entah kebetulan entah bukan, saya membaca di Twitter beberapa teman saya sedang berbuka puasa bareng Pak Boy Thohir di salah satu panti asuhan. Aduuuuh, sebenarnya pengen banget ikut buka puasa bareng, tapi saya gak diundang. *ya itu masalahmu, mbok*
Dari obrolan, lebih tepatnya hasil menginterogasi temen-temen yang buka puasa bareng Pak Boy Thohir waktu itu, rasanya saya semakin kagum dengan beliau. Bukan hanya sukses di usia muda, namun nilai-nilai yang dianut Boy Thohir menurut saya patut dijadikan contoh, dan bukti bahwa kesuksesan memberi kita peluang lebih besar untuk berbuat kebaikan. Untuk menjadikan diri kita berkah bagi sesama. Bukan berarti tanpa uang kita tidak dapat berbuat baik. Semua bisa menjadi baik kalau mau, tapi saya percaya, orang-orang yang sukses punya kesempatan lebih banyak untuk menjadi baik. Mereka bahkan punya semacam kesaktian khusus, karena dengan pengaruh yang mereka miliki, mereka dapat dengan mudah mengajak orang lain untuk berbuat sama. Mereka, seperti Pak Boy Thohir lakukan, lebih leluasa menularkan nilai-nilai kebaikan yang akan bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan orang banyak.
By the way, beberapa waktu yang lalu, saya juga membaca berita bahwa PT Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menunjuk Boy Thohir sebagai komisaris, menggantikan Bapak Dwi Soetjipto. Ah, bener-bener si bapak satu ini prestasinya gak habis-habis. Semoga bursa saham kita semakin maju dan kokoh dengan masuknya pak Boy Thohir sebagai komisaris, ya..
Semoga semakin banyak yang terinspirasi dan mengikuti jejak beliau: sukses, tetap setia memegang nilai-nilai positif, dan terus berkontribusi untuk mensejahterakan orang banyak.
Amin.
Keren binggow!!!!!
semoga kita2 bs seperti beliau ya mba
hi angie! so sorry to hear that.. taga saan ka sis? I can send your order direct to you.. i never ran out of stocks : ) and thanks for being loyal to Stap#Terse&i8230; i’ll give you a 10% discount ; )