Dalam rangkaian tulisan #JelajahGiziBali ini, saya ingin berbagi cerita tentang 2 minuman eksotis dari Bali; Kopi Luwak dan Loloh Cemcem.
1. Kopi Luwak
Mungkin belum banyak yang tahu, bahwa Bali punya agrowisata yang sangat menarik untuk dikunjungi. Di kawasan Banjar Pujung Kelod, Tegallalang, Gianyar, di sepanjang jalannya banyak terdapat wisata agro yang menawarkan wisata sambil belajar tentang kopi, salah satu komoditas andalan di Bali.
Hari itu team #JelajahGiziBali berkunjung ke Bali Pulina Agro Tourism. Masih dalam keadaan demam dan kliyengan, saya terpaksa menahan diri untuk tidak mencicipi berbagai jenis kopi yang dihidangkan di meja panjang. Ah, sayang sekali. Padahal aroma kopi di nampan-nampan kayu itu terasa sangat menggoda.
Dokter melarangku minum kopi, jadi gak bisa cerita apa rasa berbagai macam kopi ini. #JelajahGiziBali A photo posted by Driana Rini Handayani (@venustweets) on
Tapi tak apa. Setidaknya di siang yang sejuk itu saya belajar hal baru, tentang serba serbi Kopi Luwak yang juga diproduksi di Bali Pulina.
Konon, orang semakin melirik Kopi Luwak produksi Bali ini setelah dirilisnya film The Bucket List yang dibintangi oleh Jack Nicholson dan Morgan Freeman pada tahun 2007. Di film itu diceitakan, bahwa mencicipi secangkir kopi luwak adalah salah satu wishlist yang ingin dilakukan dua tokoh dalam film ini, sebelum kanker merenggut nyawa mereka.
Dan, asal tahu saja, pesona kopi luwak memang dahsyat. Orang bahkan rela merogoh dompet dan membayar hingga Rp 4 juta rupiah untuk satu kilogram kopi! Mak, 4 juta untuk satu kilo kopi, mak! Barangkali memang proses produksinya yang tidak umum, atau dianggap eksotis, yang membuat kopi ini bisa semahal itu.
Di Bali Pulina, untuk mencicipi secangkir kopi luwak, kita harus membayar Rp 50 ribu saja. Yah, lumayan lah. Paling nggak, jadi tau rasanya, kan. Daripada ngeluarin berjuta-juta, hehe.
Dari penjelasan Bli Purna, staff di sana yang menemani team kami berkeliling di area kebun kopi, ada 3 jenis luwak yaitu Luwak Ketan, Luwak Injin, dan Luwak Pandan. Jenis yang terakhir ini dapat mengeluarkan aroma wangi pandan di malam hari. Jadi kalau di sekitar rumah malam-malam tiba-tiba tercium wangi pandan, jangan mikir horor dulu. Siapa tau itu cuma luwak pandan yang sedang numpang lewat.
Masih menurut Bli Purna, pada umumnya kopi luwak memeiliki rasa lebih asam dari bijih kopi yang diproses dengan cara normal. Ini disebabkan karena dalam prosesnya memang menggunakan pencernaan dari binatang luwak. Oiya, luwak yang dimanfaatkan untuk pemrosesan bijih kopi di sini hanya luwak yang sudah berusia 1 tahun. Duh, tapi kok saya sedih membayangkan nasib luwak-luwak itu ya… :(
Lalu bagaiman dengan proses roasting-nya?
Di Bali Pulina, ada 3 jenis kopi yang dibedakan berdasarkan proses roasting. Ada light, medium, dan black. Yang black harus disangrai hingga 45 menit menggunakan peralatan sangrai tradisional dan kayu bakar, bukan dengan oven atau alat lain yang lebih modern.
2. Loloh Cemcem
Budaya minum jamu memang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat Indonesia. Di Bali, ada yang namanya Loloh Cemcem. Saya pertama kali mencicipi jamu yang rasanya asam segar ini saat berkunjung le Desa Adat Penglipuran di Bangli, di hari pertama trip #JelajahGiziBali.
Memasuki kawasan perkampungan Desa Penglipuran, mata sudah dimanjakan dengan kecantikan desa ini. Rumah-rumah berjajar berseberangan dengan model yang bisa dibilang seragam. Susunan rumah-rumah di dalam tiap komplek rumah keluarga pun rapi dan indah. Udaranya sejuk, dan di dalam kampung terasa sangat sunyi tanpa suara-suara berisik.
Sesampainya di rumah nomor 22, team kami dipersilakan masuk, dan disambut dengan gelas-gelas kecil berisi cairan berwarna hijau lumut. Ternyata itulah Loloh Cemcem, minuman sehat berkhasiat yang dibuat dari campuran daun cemcem, asam, gula aren, sedikit garam, dan kelapa muda. Disajikan dingin (lebih nikmat jika ditambahkan es batu), loloh cemcem tidak hanya memberikan efek segar di perut dan tenggorokan, namun juga dipercaya dapat membantu menurunkan tekanan darah, melancarkan pencernaan, juga baik diminum oleh ibu menyusui.

Prof Ahmad Sulaeman, ahli gizi dari IPB yang mendampingi peserta selama trip ini, menjelaskan bahwa Indonesia memang memiliki kekayaan luar biasa. Dengan gayanya yang kocak, Prof Ahmad menjelaskan berbagai kandungan yang terdapat dalam daun cemcem. Asam folat, antiseptik, dan banyak lagi yang saya lupa karena catatan yang saya buat selama perjalanan kemarin nyelip entah di mana. Hahahaha…

Saya jadi semakin percaya, bahwa alam memang sudah menyediakan semuanya untuk kita. Daun, buah, akar-akaran, semua memiliki fungsi masing-masing sesuai kebutuhan manusia. Untuk bahan makanan, jamu untuk mencegah berbagai penyakit, untuk obat, dan sebagainya. Tinggal gimana kita pinter-pinter mencari tau aja.
Ah. Bali, juga Indonesia, memang tak akan pernah habis dijelajahi dan dipelajari. Trip ini membuat saya makin mencintai negeri kelahiran yang luar biasa kaya ini. Terima kasih Sarihusada yang memberi saya kesempatan belajar hal-hal baru selama di perjalanan. Tahun depan kita jadi ke Padang, kan? *ditempeleng* :))
Bali Pulina
Banjar Pujung Kelod, Tegallalang, Kec. Gianyar, Bali 80561, Indonesia
Phone:+62 361 901728
Jam Buka: 8:00 AM – 7:00 PM
P.S
Saya masih punya 1 sarung Bali dan 1 set aksesori untuk dibagi. Komentar yang paling unik, berisi, dan bergizi akan jadi pemenang #giveaway kali ini! :D
Ketika kemaren tau #jelasahgizi gak jadi ke Padang aku sempat kecewa, karena aku selalu suka kalau ada yang jalan-jalan ke Sumbar karna aku jadi bernostalgia. Yah gimana lagi, gegara asap ya.
Tapi memang Bali gak ada matinya, sesering apa orang ke sana, tetap saja sepertinya ada yang baru. Seperti Loloh Cemcem ini aku sama sekali baru tau. kayak cincau yang langsung diremas pakai tangan gitu ya? Kalau kopi luwak udah sering banget baca walaupun belum pernah liat orang sangrai secara langsung sih.
Pengen deh sekali-sekali ikut jelajah gizi, biar diajak ke tempat eksotis-eksotis gini ya, bukan cuma main-main di Kuta. :D
tadinya aku juga agak kecewa, tapi safety first, kan? jadi yasudahlah..
suprisingly, trip ke Bali ternyata jauuuuh lebih menyenangkan dari yang aku bayangin, lhoh.
betul, icit. Bali memang bukan cuma Kuta. kapan2 kalo ke Bali lagi, coba main ke tempat2 yg aku ceritain deh :D
The Bucket List itu mengharukan. Aku suka soundtracknya yg dinyanyiin John Mayer itu. Aku senang banget diajak ke Bali Pulina krn aku coffee addict. Senang kenal (lagi) dg mbak Venus. :))
nikmat sekali kopi itu tampaknya kak
Perjalanannya kayaknya seru deh, Mbok. Bikin mupeng. Huhuhu…
Sebenernya aku punya mimpi yang sama, menjelajahi pelosok Indonesia yang belum banyak dikenal, “menemukan” dan menceritakan ulang (memperkenalkan) kearifan-kearifan lokal. Sebenernya bukan tentang eksotisme itu sendiri kan ya, tapi gimana kita jadi tau kalo kita sendiri, sebenernya emang beneran kaya dan banyak hal yang bisa kita berdayakan dari kita untuk kita. Misalnya lewat #JelajahGizi ini, kita jadi tau sebenernya generasi (jauh) di atas kita udah punya materi-materi pangan yang bergizi dan sehat dan biasanya murah! Jadi nggak melulu jadi konsumen dari produk jadi atau bahkan produk kimiawi pun produk luar.
Dulu waktu ke Baduy, penasaran banget apakah mereka punya kebudayaan pangan tersendiri, dengan cara hidup yang mengasingkan diri dari teknologi. Tapi ternyata di sana malah udah masuk produk-produk kemasan, jadi budaya pangan mereka sudah mulai beralih ke produk makanan instan juga. Mungkin ini pengaruh pendatang yang masuk ke dalem desa mereka juga ya. Sedih deh. :(
Tapi agak penasaran, itu luwaknya diternak atau dibiarkan hidup bebas untuk bikin kopinya ya? Duh, kasian kalo diternak terus “dipaksa” untuk menghasilkan kopi luwak… :(
Mbok nggak ada poto luwaknya?
Harganya fantastis ya… Hampir setara tiket yurope simbok tahun depan tuh :P