Anda yang rajin berkunjung ke blog ini, pasti masih inget bahwa beberapa bulan yang silam, saya pernah menulis tentang beberapa sosok pengusaha yang sukses di usia muda. Salah satu nama yang ada di list tokoh-tokoh inspiratif itu adalah Boy Thohir. Dari nama keluarga yang disandangnya, dengan mudah dapat kita tebak bahwa Boy Thohir pastilah masih satu keluarga dengan Erick Thohir dan Teddy Thohir, salah satu co-founder PT Astra International Tbk.
Yak! Tebakan Anda benar. Boy Thohir memang bagian dari keluarga Thohir yang sudah malang melintang di dunia bisnis sejak lama. Barangkali latar belakang seperti ini akan membuat beberapa orang mencibir, atau menganggap kesuksesan Boy Thohir sebagai ‘sudah seharusnyalah begitu’. Lha bapaknya aja pengusaha gede. Beliau pasti lahir sudah bergelimang uang. Tanpa effort keras pun, masa depannya udah jelas. Kesuksesan, untuk orang-orang yang lahir dari keluarga yang sukses secara karier dan materi, adalah keniscayaan.
Saya pernah mempercayai hal itu. Sampai minggu kemarin.
Kamis, 12 November 2015 kemarin, saya menyaksikan seorang bocah 15 tahun yang dengan penuh percaya diri melakukan presentasi di depan 200 orang audience di @atamerica. Tidak tanggung-tanggung, materi presentasinya adalah tentang microhydro, energi alternatif ramah lingkungan yang sedang dikerjakannya di Kasepuhan Ciptagelar, sebuah desa terpencil di kaki Gunung Halimun dengan akses listrik terbatas. Terpencil as in terpencil. Jaraknya dari Jakarta adalah 10 jam perjalanan. Itupun, 8 jam terakhir harus ditempuh dengan mobil khusus untuk off-road.
Bayangkan. Anak sekecil itu udah mikirin tentang energi terbarukan yang ramah lingkungan. Udah mikirin gimana caranya membuat masyarakat di daerah terpencil dapat menikmati akses terhadap listrik. Dengan demikian, mereka juga akan lebih mudah mendapat akses terhadap informasi. Anak 15 tahun! Saya bengong melihat dia cas cis cus menjelaskan tentang proyeknya… dalam Bahasa Inggris.
“Saya ingin melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk masyarakat Ciptagelar. Melalui proyek ini, saya berharap akan semakin banyak masyarakat di desa disana yang memiliki akses terhadap listrik. Sehingga keberadaan listrik akan ikut menumbuhkan usaha-usaha kecil yang bermanfaat bagi peningkatan ekonomi desa,” ungkap Gamma –nama anak itu– di sela-sela presentasinya. Tentu dalam Bahasa Inggris yang canggih. Hahaha…
Keseriusan Gamma dalam proyek Microhydro for Indonesia ini gak tanggung-tanggung. Sebelum memulai proyek pembangkit listrik di Kasepuhan Ciptagelar, dia melakukan pendekatan personal kepada masyarakat lokal. Kulonuwun dengan Abah Ugi, ketua adat di sana. Berkenalan dan membaur dengan pemuda-pemuda lokal. Salah satu dari mereka bernama Jonan, akhirnya menjadi sahabat dekatnya. Gamma tinggal selama beberapa hari di Kasepuhan itu sebelum mulai membicarakan tentang rencana proyeknya.

Again, he’s only 15. Alih-alih sibuk nge-game, atau kecimpringan main sana sini, anak ini malah mikirin power plant untuk memenuhi kebutuhan listrik sebuah desa terpencil di Indonesia.
Dari cerita di atas, barangkali Anda sudah bisa menebak, siapa Gamma ini. Betul sekali. Nama lengkapnya adalah Gamma Thohir, putra dari Bapak Boy Thohir. Nama ayahnya mungkin akan membuat rasa kagum kita menjadi jauh berkurang.
Terang aja. Lha bapaknya aja Boy Thohir, CEO Adaro yang juga komisaris BEI. Bapaknya kaya, jelas aja anaknya dengan mudah dapet fasilitas bikin proyek beginian.
Saya pribadi justru melihat sebaliknya. Fakta bahwa dia dilahirkan sebagai anak Boy Thohir, yang notabene keluarga berada, sukses, berpendidikan tinggi, tidak membuat Gamma lantas enak-enakan menikmati fasilitas berlimpah. Tidak seperti anak lain seumurnya, Gamma terlihat jauh lebih dewasa, lebih serius dan matang (meski wajahnya kadang tetap terlihat culun bocah di tengah usahanya terlihat serius saat presentasi, hahaha), dan tampil sangat sederhana. Di usianya yang sangat belia, (mak, baru kelas 10, lhoh!) sangat terlihat bahwa dia sudah punya kualitas sebagai business leader yang mumpuni dan punya visi jelas. Ia bahkan sudah memutuskan untuk melakukan crowdfunding supaya proyek Microhydro for Indonesia ini berjalan lancar, dan dapat segera diaplikasikan ke lebih banyak daerah terpencil di Indonesia.
Gamma membuat saya percaya, bahwa seorang pemimpin tidak lahir begitu saja. Menjadi pemimpin, apalagi pemimpin yang memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan hidup dan kepentingan masyarakat banyak, bukanlah bakat yang dibawa sejak seorang manusia datang ke dunia. Ia ‘diciptakan’ dari proses pendidikan keluarga yang baik. Benih kepemimpinan yang baik itu terbentuk dari rumah, dari dunia sekolah yang paling mula-mula: lingkungan keluarga.
Oh, well. Suatu hari nanti, siapa tahu Gamma akan mengikuti jejak Boy Thohir, ayahnya. Siapa tahu suatu saat nanti proyek ini akan menjadi sebuah bisnis besar, sebuah perusahaan publik yang juga akan melantai di bursa saham Indonesia.
Kita tunggu saja.
Bener sih, aku juga percaya gaya hidup keluarga tetap mempengaruhi si anak mau jadi apa. Biar kaya tapi kalau etos kerja keras nggak pernah diomongin waktu leyeh2 di ruang keluarga ya cuma akan menghasilkan abg kecimpringan. :)
betul, mbak Lusi. sepakat. hehehe
konsep membentuk jiwa pemimpin dipupuk sedini mungkin, ngga gampang, terutama kalo ngga dimulai-mulai dan cuma bilang “susah” yang mbak venus :)
saya salah satu orang yang sangat percaya dengan pendidikan dan pembentukan jiwa itu harus ditanamkan dari saat seorang anak itu sudah mulai belajar berbicara dan memahami, bukan dengan memaksakan seorang anak menjadi seseorang melalui sebuah proses instan.
dan saya yakin anak-anak seperti Gamma adalah satu anak yang selain cerdas juga beruntung mendapat tuntunan orang tua yang sangat baik dan mampu mengadaptasinya dengan baik. semoga semakin banyak anak-anak seperti ini buat Indonesia.
my fader is hero
yah semoga anak anak yang lain bisa mengikuti dia…
tapi tau gak bro ? kalau pengetahuannya itu didapatkan dari sebuah sekolah/buku dan kita gak bisa mendapatkan pelajaran dari sekolah/buku secara gratis…jadi untuk anak anak yang dari keluarga bawah tuh biasanya gak bisa dapet pelajarannya karna masalah ekonomi dan anak itu yang sebutkan diatas adalah salah satu anak beruntung yang lahir dari keluarga besar dan dapat memenuhi kebutuhan di usianya jadi wajar saja anak anak atau orang orang dari golongan bawah menyangka/mengatakan “Terang aja. Lha bapaknya aja Boy Thohir, CEO Adaro yang juga komisaris BEI. Bapaknya kaya, jelas aja anaknya dengan mudah dapet fasilitas bikin proyek beginian.”
yah cuman itu commend dari saya and saya juga berharap untuk kedepannya seluruh masyarakat dari setiap golongan/agam bisa ikut berpartisipasi seperti dia ini :)
salam….Naruse Kazama :)
Saya tertarik dan senang dengan artikel Anda.
Saya juga punya artikel yang menarik dan anda bisa akses di http://www.leppsi.gunadarma.ac.id/