Kisruh soal seorang tokoh politik yang diduga mencatut (halah bahasanya jadi begini amat yak…) nama Presiden dan Wapres demi sejumlah saham perusahaan tambang tertentu, sungguh membuat saya gak habis pikir. Antara gemes, pengen ketawa, dan pengen mencubit si oknum… dengan tang raksasa!
Di antara ribetnya urusan pembangunan smelter yang belum beres, gonjang ganjing soal perpanjangan Kontrak Karya beberapa perusahaan tambang, dan usaha pemerintah menyelamatkan aset negara –yang semoga masih bisa diselamatkan ini–, kok ya ada aja orang yang tega menikam dari belakang seperti ini. Kok masih sempat-sempatnya nyari celah untuk keuntungan pribadi.
Eh tapi ya saya gak berani nuduh juga, sih. Kalo baca berita yang simpang siur dan membingungkan, makin lama saya makin gak tau mana yang benar dan mana yang setengah benar. Mana yang bisa dipercaya mana yang nggak.
Yang jelas, demi kepentingan yang lebih besar, menurut saya semua pihak harus menahan diri dan menjaga supaya berbagai isu ini tidak berkembang semakin liar. Kenapa? Karena ribut-ribut seperti ini sungguh gak bagus untuk iklim investasi di Indonesia. Bukankah kita semua sedang menyamakan cita-cita untuk Indonesia yang lebih baik dan sejahtera? Bukankah kita sedang kenceng-kencengnya berusaha menarik sebanyak mungkin investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia? Kalo ribut mulu mah kapan beresnya yak.
Yang perlu diingat, kita harus bersungguh-sungguh membuktikan kepada semua pihak, bahwa kebijakan larangan ekspor mineral mentah adalah sesuatu yang penting, dan bahwa perusahaan asing dapat berpartisipasi dalam pembangunan smelter di Indonesia. Ini hanya bisa dicapai jika iklim politik dalam negeri kita stabil, sehingga para investor dan calon investor merasa yakin untuk ikut berinvestasi di sini.
UU Minerba yang melarang penjualan/ekspor raw material memang terkesan lambat. Namun sekarang bisa kita lihat bahwa makin banyak pihak yang mengerti dan mendukung program ini. Bagaimanapun, ini demi kebaikan semua, sih. Mendukung pembangunan smelter, pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan investasi asing dalam sektor ini, yang ujung-ujungnya akan membantu Indonesia mencapai kesejahteraan ekonomi jangka panjang.
Salah satu keuntungan yang nyata, Indonesia akan menjadi negara yang mengekspor alumina apabila program hilirisasi dan pembangunan smelter bauksit diimplementasikan dan didukung semua pihak. Tau alumina atau Aluminium Oksida? Silakan dibaca apa itu alumina, dan apa kegunaannya, di sini.
Sampai saat ini, kita masih mengimpor alumina untuk bahan baku industri. Miris, karena sebetulnya tanah kita kaya sekali dengan mineral termasuk bauksit, bahan dasar yang dapat diolah menjadi alumina. Bagaimana mungkin, kita yang punya banyak cadangan bauksit justru harus impor alumina untuk membuat aluminium? Untuk diketahui, harga alumina di dunia adalah 9 sampai dengan 17 kali harga bauksit mentah. Sementara harga aluminium, sekitar 110 – 140 kali lipat harga bauksit. Bayangkan berapa besar nilai tambah yang hilang jika Indonesia hanya mengekspor bauksit mentah.
Oh well. Ini ocehan ibu-ibu yang cuma gemes kebanyakan baca berita sih, sebenernya. Tapi mudah-mudahan berguna, setidaknya membuat pembaca blog ini lebih memahami pentingnya dukungan semua pihak terhadap niat baik pemerintah menyejahterakan rakyat Indonesia.
*gambar dari sini.
One comment