Hari gini, semua orang pasti punya rekening tabungan di bank, dong. Ya gak? Atau adakah di sini yang belum punya rekening tabungan? Masih nyimpen duit di bawah bantal atau di celengan ayam? I hope not. Kalo masih ada –ya siapa tau, kan– saran saya, segeralah buka rekening tabungan di bank. Bukan hanya agar uang kita terlindung dari risiko hilang dicuri atau nyelip entah di mana, tapi juga –lebih-lebih dan terutama– terhindar dari risiko habis dibelanjain sendiri, hehehe
Buat yang udah punya rekening tabungan, pastikan setiap bulan kita menerima rekening koran atau laporan bulanan dari bank tempat kita nabung, ya? Bukan apa-apa. Pengalaman saya sih, biarpun ada buku tabungan yang kita dapat saat buka rekening, kita tetep ga akan tau arus uang masuk dan keluar jika kita lalai (in my case, bukan karena lalai tapi karena MALES DATENG KE BANK ) ngeprint buku tabungan secara rutin. Iya lah. Males banget dateng ke bank kalo hanya untuk nge-print buku, yak! Saya juga jarang banget ngeprint, kok. Kecuali pas sekalian dateng ke kantor bank untuk urusan lain, nah baru deh sempet print buku.
Bank-bank tertentu –belum semuanya– memang punya fasilitas rekening koran yang otomatis dikirimkan ke alamat rumah atau kantor nasabah setiap bulannya. Beberapa memasukkan fitur ini sebagai pilihan. Beberapa yang lain, nggak. Saya pernah memanfaatkan fasilitas ini, sampai kurang lebih 2 tahun yang lalu. Tapi, kok, rasanya ‘kurang green‘ kalo saya tetep minta dikirimin rekening koran bulanan, ya? Bayangkan berapa pohon harus rusak untuk setiap lembar rekening koran? Bayangkan jika bank harus mengirim jutaan rekening koran setiap bulan ke setiap nasabah? Coba juga hitung berapa banyak lagi pohon dikorbankan kalau tiap rekening koran itu memerlukan beberapa lembar kertas.
Itulah kenapa sejak 2 tahun yang lalu saya stop fasilitas rekening koran lewat surat, dan meminta rekening koran dikirimkan sebagai e-statement yang dikirim lewat email aja. Dengan begitu, selain hemat kertas dan lebih hijau, saya merasa lebih aman, karena otomatis cuma sayalah yang bisa mengakses dan membaca arus kas masuk dan keluar. Kalau rekening koran masih berupa kertas, bisa aja surat dari bank ini bukan saya yang nerima, kan ya. Kalo saya lagi gak di rumah, bisa aja orang lain yang menerim dan membuka rekening koran dari bank. Bukannya punya pikiran buruk atau apa, sih. Tapi bagaimanapun, lebih aman kalo saya menghindari risiko rekening koran itu disalahgunakan atau dimanfaatkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab kan yaaa…. Dengan memanfaatkan fitur/fasilitas e-statement, saya merasa lebih nyaman dan terlindungi. Karena selain dikirim lewat email (thus, hanya saya yang bisa baca karena hanya saya yang tahu password email saya), e-statement juga di-enkrispi sehingga hanya dapat diakses dengan memasukkan password yang hanya diketahui oleh nasabah.
Jadi begitulah. Buat saya, rekening koran dalam format digital rasanya lebih aman, karena mengurangi risiko terjadinya penipuan berbasis pencurian identitas (yang bisa diakses dari kertas berkas laporan), menghindari kebingungan untuk nge-trace arus kas kalau kebetulan ada banyak transaksi dalam satu bulan, haha. Selain itu, e-statement memungkinkan kita menelusuri atau mencari rekaman data transaksi dengan sangat mudah. Tinggal search saat kita mengakses email, et voila! Histori transaksi seketika dapat kita baca lagi. Kapan saja, di mana saja, melalui perangkat elektronik apapun yang kita punya.
Jadi kapan mau hijrah dari rekening koran model lama ke e-statement yang lebih ramah leingkungan? Let’s go green. Go paperless. Eh, atau sudah? Alhamdulillah kalo udah, mah. Berarti kita teman. Haha!
*gambar dari sini
Ini simbok ngomong apaan sih? Aku pucing.
Kalo paperless aku sih udah lama juga mbok… :D
aku ngomong tentang going green. going paperless. pusing ta? hahahaha
saya juga malah kalau ke Bank. Tapi juga belum pernah memanfaatkan e-statement. Kayaknya memang udah harus dicobain, nih