Tak banyak yang saya ingat tentang gerhana matahari total tahun 1983. Iya, itu 33 tahun yang lalu kalau saya gak salah hitung. Iya, waktu itu saya udah kelas 3 SMP. Udah cukup gede, tapi masih bisa dibodohi dan ditakut-takuti untuk sembunyi saja di dalam rumah supaya gak buta. Oh astaga! Supaya gak buta, katanya! Pengen liat fenomena alam luar biasa, salah satu bukti kebesaran Sang Maha Hidup? Duduk manis saja di dalam rumah, dan tontonlah keindahan itu dari siaran langsung di layar televis. Hih! Gemes!
Karenanya, tahun ini ketika orang mulai rame ngomongin tentang Gerhana Matahari Total –juga tentang betapa bodoh dan malu-maluinnya kita dulu di peristiwa yang sama pada tahun 1983 itu– saya membulatkan tekad untuk mengalaminya langsung. Kali ini harus ‘nonton’, dan harus di kota-kota yang dilewati oleh gerhana matahari total 100%.
Seneng banget waktu ditelepon Mas Him, mas fotografer indonesia.travel pada suatu siang.
“Mbak Venus, kosongin jadwal tanggal 7 sampe 10 Maret ya..”
Mak dheg! Huah! Apakah ini mimpi? Mungkinkah ini my dream come true? Halah.
“Eh? GMT ya, Mas? Kita ke mana?”
“Belitung, yuk!”
Aduh Tuhan. Padahal paginya saya udah berencana beli tiket Jakarta-Bangka-Jakarta, dengan pertimbangan harga tiket ke sana lebih murah dibandingin ke kota-kota lain. Batal deh beli tiket. Alhamdulillah.
Tapi kegembiraan itu pupus waktu dikabari kemudian, bahwa trip ke Belitung ini batal karena satu dan lain hal. Ya mungkin memang belum berjodoh. Jadi kecewanya ya biasa-biasa saja saya saat itu. Gak yang sampe sedih berlarut-larut, haha. Bareng Nita, bahkan saya kemudian berencana ‘mengejar’ gerhana ke Palembang, lagi-lagi dengan pertimbangan yang sama: kotanya paling dekat dan harga tiketnya paling murah kalo dari Jakarta. Lagipula, di Palembang ada Ira, kawan blogger lama. Saya sudah berniat buruk untuk nodong numpang tidur di rumahnya kalo apes-apesnya gak dapet hotel.
Eh, panjang umur banget si Ira. Baru paginya kita omongin, siangnya di kereta Parahiyangan Bandung -Jakarta, Ira nelpon, ngundang saya datang ke Palembang. Malah gak cuma 3 hari, tapi seminggu full! Hore banget gak sih? Saya gak sendirian, karena Dinas Budaya dan Pariwisata Sumatera Selatan yang berbaik hati mengundang ini, juga mengajak belasan blogger lain dari Indonesia, Singapura, dan Malaysia.



Singkat cerita, 9 Maret 2016, subuh-subuh ketika matahari belum lagi terbit, kami semua sudah harus bersiap-siap untuk meluncur ke Jembatan Ampera, titik (yang dianggap) paling strategis untuk merekam peristiwa alam luar biasa yang terjadi hanya 375 tahun sekali ini. Dini hari itu, kawasan ini sudah penuh tumplek blek dengan ribuan manusia yang datang dengan tujuan yang sama: menonton langsung Gerhana Matahari Total! Kebayang kan, gimana ramai dan hebohnya. Wajah-wajah belum mandi, masih setengah ngantuk tapi sangat excited bertebaran sejauh mata memandang. Saya juga ngantuk, tapi gak sabar nunggu detik-detik bulan menutupi matahari di pukul 07.21 WIB.

Foto-foto di artikel ini mungkin gak terlalu menggambarkan keindahan gerhana matahari, karena sedihnya, kami yang udah jauh-jauh datang ke Ampera ternyata ‘gak kebagian’ gerhana. Langit di atas Sungai Musi pagi itu gelap. Bukan lantaran awan, tapi konon karena tertutup asap dari kilang Pabrik PUSRI. Duh!
Bukan salah siapa-siapa, sih. Karena gak mungkin juga berharap pabrik sebesar itu berhenti beroperasi supaya kita bisa lihat gerhana, kan? Siapa yang mau nutup kerugian atau biaya produksinya kalau dipaksa berhenti beroperasi? Hehe. Jadi menurut saya, ya kami hanya sedang kurang beruntung aja. Tapi tetep aja saya sangat bersyukur berada di sana bersama ribuan orang lain di pagi hari itu. Setidaknya saya ikut menjadi saksi betapa besar dan nyata kuasa Tuhan, dan betapa kecil dan bukan apa-apa kita sebagai makhluknya. Masih terbayang bulu kuduk yang merinding sebadan-badan, dan air mata yang tanpa sengaja menetes ketika momen gerhana matahri total berlangsung. Selama beberapa menit yang singkat, langit tiba-tiba menjadi gulita. Di atas Jembatan Ampera, serentak berkumandang shalawat dan puji-pujian mengagungkan asma Allah.
Di depan-Mu, Tuhan, aku luluh dan jatuh…
Ini yang dibilang kalau rezeki nggak kemana ya mbak. Bahkan kekecewaannya mbak Venus langsung dibayar lunas gak lama kemudian *merinding* :)
iya, mas. padahal udah niat banget, kalo ga ada yang ngajakin ya aku akan jalan sendiri, hehe
Iya Mbok, agak sedih ga bisa lihat gerhananya tapi ga apa apa kok. Asal bisa ketemu sama semuanya pun sudah happy ;)
setuju, Pojie :)
wahhh kalau saya kecewa banget mbak, udah jauh2 ke palembang diniatin bwt nonton GMT, tapi sampai sana malah ga bs nonton krn asap pabrik
hehe. mudah-mudahan ada kesempatan nonton GMT lain waktu di belahan bumi yang lain. siapa tau, kan? :)
33 tahun yg lalu dah kelas 3 SMP, berarti sekarang berapa yaa mbok ???
ih awet muda banget simbok ini hahaha #Dibahas
47 tahun, hahahaha
Tahun 2023 nanti ada gerhana lagi. Semoga kita diajak jalan lagi ya Nyah? :) :D
*ngarep *optimis
Alhamdulillah, mbok Venus bisa ikutan ke Palembang, sudah lama pengen kenal sama si mbok :D
Mbok, kalaupun gak ada acara ini simbok pasti diterima di rumah. Ada kamar kosong dan motor yang gak dipake. Untung ada yang merekomendasikan Simbok buat ikutan FAM trip ini. Kalau rejeki memang gak akan kemana ya Mbok.