Ke Cirebon belum lengkap kalo gak menikmati kuliner khas kota ini. Sebut saja; nasi jamblang, empal gentong, mi koclok, nasi lengko, dan masih banyak lagi makanan enak yang bisa kita cicipi jika mampir ke Cirebon.
Pada kunjungan saya dan beberapa rekan blogger minggu lalu, meski hanya sehari, kami punya kesempatan mengeksplor lebih banyak dari sekadar icip-icip makanan khas Cirebon yang yummy!
Apa? Ke Cirebon tapi skip Nasi Jamblang, Mi Koclok, dan Empal Gentongnya?
Oh, tentu tidak. Hehe. Nggak mungkin kami melewatkan menu-menu istimewa yang menjadi andalan kota ini. Tapi selain itu, saya dan teman-teman blogger dari Jakarta (dan sekitarnya) juga melihat secara langsung beberapa program CSR dari PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk. (Indocement).
Pusat Penelitian, Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat
Beroperasi pertama kali sejak tahun 2009, Pusat Penelitian ini –selanjutnya kita sebut aja P4M—adalah upaya Indocement untuk memberdayakan masyarakat sekitar area pabrik untuk meningkatkan pengetahuan mereka dalam bidang pertanian, peternakan, dan perikanan.
P4M memiliki fasilitas green house, kolam ikan, lahan budidaya tanaman, kebun bibit, laboratorium, peternakan domba, peternakan sapi, lahan percobaan tanaman pangan/sayur, dan kumbung jamur.
Dalam kunjungan ini, setelah makan siang, kami mampir ke lahan peternakan sapi dan kambing. Menurut Bapak Misnen sistem pelatihannya adalah, masing-masing peternak mendapat pinjaman satu ekor indukan. Setelah diberi pelatihan, indukan ini boleh dibawa pulang, dipelihara, dan jika nanti sapi atau kambing ini beranak, maka anak-anak ternaknya akan menjadi milik peternak binaan P4M. Lalu gimana dengan induknya? Induknya dikembalikan ke P4M, untuk dipinjamkan lagi ke warga/peternak lain. Begitu seterusnya.
Yang paling keren, ada 2 desa binaan yang udah punya area kandang komunal yang bisa digunakan oleh banyak warga secera bersama-sama. Keren yaaa ?
Tidak jauh dari area peternakan, ada green house tempat warga belajar tentang cara bercocok tanam dengan sistem hidroponik. Saat kami di sana, beberapa jenis tanaman baru saja dipanen dan baru mulai disemai bibit yang baru. Seneng deh kalo lihat-lihat tanaman gini.
Masih menurut Bapak Misnen, kendala paling besar dalam pelatihan hidroponik, adalah karena warga desa di sekitar Indocement terbiasa bercocok tanam di lahan. Di sana, tidak ada masalah kekurangan lahan seperti di perkotaan. Jadi memang perlu waktu untuk membiasakan masyarakat untuk bertani dengan sistem tanpa tanah begini.

Oiya, di sekitar green house juga banyak banget jenis tanaman buah dan sayur yang ditanam di tanah. Ada terong, tomat, jambu biji, jeruk nipis, sampai klengkeng pun ada! Kemudian ada satu lahan yang khusus berisi tanaman herbal atau jamu-jamuan. Pernah dengar tentang Kaca Beling, Kumis Kucing, Jahe Merah? Nah, koleksi tanaman herbak di sana cukup lengkap. Beberapa temen bahkan membawa pulang anakan tanaman Lidah Buaya :))
Beberapa hasil tanaman budidaya P4M dijadikan camilan dan dipasarkan ke beberapa toko/minimarket setempat. Ada keripik pisang, singkong, nangka, timun. Iya, timun. Ada loh keripik timun. Dan rasanya beneran enak!
Obyek Wisata Banyu Panas Palimanan, Gempol
Ada apa di objek wisata Banyu Panas? Ya wisata banyu panas lah. Hehehe. Sesuai namanya, tempat wisata yang diresmikan pada Oktober 2010 ini merupakan sumber air panas yang sudah ada di kawasan ini sejak dulu. Setelah direvitalisasi oleh Indocement, kini di kawasan sumber air panas ini tersedia 2 kolam berendam air panas yang dilengkapi juga dengan area bilas, musola, dan arena bermain.

Kolam berendamnya canggih loh. Temperatur airnya diatur sedemikian rupa sehingga tetap di kisaran 38 sampai 40 derajat celcius. Tiap 10 menit, petugas memberikan peringatan lewat pengeras suara kepada pengunjung yang sedang berendam. Merendam sebagian atau seluruh badan di air bersuhu setinggi itu terlalu lama temtu kurang baik yaa.. Niatnya mau terapi air panas, kalo lupa waktu malah bisa-bisa membahayakan diri sendiri. Jangan sampe lah yaa…
Bapak Sunari, Ketua Koperasi Manunggal Perkasa yang dipercaya mengelola tempat wisata ini menjelaskan, bahwa hari paling ramai adalah akhir pekan. Menurut bapak Sunari, jumlah pengunjung di hari Sabtu dan Minggu bisa mencapai 5000 orang per hari. Kalau harga tiket masuk ke area ini Rp 10 ribu per orang, ditambah Rp 10 rb lagi untuk dapat masuk ke area kolam berendam, hitung saja berapa pendapatan obyek wisata ini per harinya.
Kapan-kapan kalau lagi di Cirebon, sempatkan mampir ke Banyu Panas ya :)
Sentra Batik Tulis Ciwaringin
Berada di Kecamatan Ciwaringin, sentra batik ini adalah salah satu bagian dari program pemberdayaan masyarakat oleh Indocement. Melalui program CSRnya, Indocement memberikan pelatihan dan pemodalan bagi para pengrajin batik tulis di kawasan ini.
Lantas apa bedanya Batik Tulis Ciwaringin dengan batik jenis lain?
Yang paling nyata adalah bahwa di Ciwaringin, para pengrajin dibekali dengan pengetahuan tentang pewarna batik alami. Menurut beberapa perajin yang kami temui, wisatawan asing –terutama dari Jepang—lebih menyukai kain-kain batik yang memakai pewarna alami ini. Selain karena alasan lebih ramah lingkungan, para wisatawan ini menggemari warna batik yang lebih soft, hasil pewarnaan menggunakan berbagai unsur dari alam.
Jangan salah. Warna-warna batik yang cantik seperti di foto-foto ini didapat dari kulit pohon mangga, kulit pohon mahoni, indigo, dan sebagainya. Favorit saya tentu saja adalah batik indigo. Sungguh saya pengen bawa pulang satuuuu aja yang indigo, tapi nanti deh. Harganya gak murah, jadi saya harus nabung dulu demi sehelai kain batik impian :?))
Anyway, setelah tahu betapa panjang dan rumit proses pembuatan selembar kain batik, semoga nggak ada lagi yang bilang batik itu mahal, dan masih tega nawar-nawar yaa..
Batik, buat saya, bukan sekadar kain. Ia adalah karya seni. Adalah buah cinta yang lahir dari tangan-tangan terampil para perajin, yang setia menjaga budaya adiluhung Indonesia.
*trip ini atas undangan dari PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk.
Ish sama mbok, aku juga kemarin pengen nyobain berendam di Banyu Panas, tapi riweh sama sepatu. Next ke Cirebon, cobain ah
kayaknya aku belum bisa berendem rame2 gitu deh. malu hahaha
Pengen balik ke Kampung Ciwaringin. Pengen beli batiknya. Cakep-cakep bangeeeet!
sama, mbak. aku pengen punya batik indigo huhu
batiknya emang bagus2 ya Mbak, kebayang kalo udah masuk GI atau Tamcit harganya makin mahal deh ?
wah kalo udah masuk GI mah udah makin gak kebeli kayaknya sama aku, mbak, hihihi
kalau aku pengin punya perangkat tanaman hidroponik kayak yg di green house ini! :D
bikin sendiri aja, nyah. pesen aja ::)))
Trus kalau malu berendam rame-rame, di mana dong berendam yang nggak rame-rame? Yuk rame-rame kesana.
Eh.
Iasshhh, kok ada aku yang posenya nggak banget sih mbookkk..
Batiknya cakep-cakep, yang berdiri di depannya di hush hush ajaa
ternyata batik khas Cirebon cantik cantik ya Mbok
Sayangnya di Banyu Panas suhu udaranya udah panas. Cuaca panas + berendem air panas. Waw. :D Kalo pagi2 ke sananya sih masih enak.