Sejak kecil, saya dibuat untuk percaya bahwa kesejahteraan ekonomi keluarga berbanding lurus dengan usaha laki-laki yang menopangnya. Tidak secara langsung, memang. Tetapi dalam hal ini ada rasa ketergantungan yang ditanamkan pada saya. Baru ketika mulai berumahtangga saya sadar ada kepentingan-kepentingan yang harus dapat dikuasai pula oleh perempuan: mengelola keuangan atau cash flow, misalnya. Namun, karena belum terbiasa melakukannya, ada kalanya saya tidak percaya diri dalam membuat keputusan.
Sampai beberapa hari lalu ketika saya diundang ke acara Citi Peka yang dihelat oleh Citi Indonesia.
Acara diskusi ini menarik, karena isu dan perdebatan tentang mana yang lebih baik; perempuan bekerja (di luar rumah), ataukah ibu rumah tangga yang full memdedikasikan seluruh waktunya untuk mengurus keluarga, tak ada habisnya.
Setelah ngobrol-ngobrol dengan beberapa teman saya, ternyata kami pernah merasakan hal yang sama. Sebelum pulang, kami sepakat bahwa salah satu penyebabnya adalah kurangnya tingkat pengetahuan ekonomi yang diajarkan kepada perempuan.
Kegiatan mengelola seringkali terkesan lebih remeh ketimbang kegiatan bekerja (di luar rumah). Bekerja, karena biasanya melibatkan kegiatan fisik, dianggap lebih prestisius dibanding mengelola. Padahal, kenyataannya tidak begitu; kegisatan mengelola keuangan sama pentingnya dengan bekerja. Di Indonesia, misalnya, mayoritas perempuan yang berperan sebagai ibu rumah tangga memiliki tugas untuk mengelola keuangan sementara suaminya bekerja. Berdasarkan data yang dimiliki oleh Otoritas Jasa Keuangan pada 2013, tingkat literasi keuangan perempuan lebih rendah yaitu sebanyak 19% dibandingkan dengan laki-laki yang mencapai 25%.
Fakta tersebut agak ironis mengingat 51% pengelolaan keuangan keluarga Indonesia dikelola oleh perempuan. Kalau perempuan yang berperan sebagai pengelola keuangan sendiri tidak memiliki pemahaman akan apa yang ia geluti, ada dua kekhawatiran yang dapat muncul: pertama, kegiatan pengelolaan menjadi sia-sia dan dan cash flow menjadi tidak teratur; kedua, kemandirian finansial perempuan akan makin sulit dicapai.
Hal ini juga disinggung oleh Anggar B. Nuraini, Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, bahwa pemahaman keuangan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perempuan, sebagai pemegang kendali keuangan keluarga memerlukan pembekalan untuk meningkatkan pengetahuan pengelolaan keuangan, agar dapat cerdas dan mandiri secara finansial. Ketika perempuan paham akan keuangan, keuntungannya dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Cash flow keluarga yang teratur berarti satu langkah menuju perekonomian nasional yang lebih baik.
Oleh karena itu, muncul keperluan akan institusi yang peduli dan berkomitmen terhadap kesejahteraan peremuan melalui literasi keuangan. Tidak hanya demi kemandirian perempuan, tetapi juga untuk berjalan beriringan dengan Strategi Nasional Keuangan Inklusif yang dicanangkan oleh pemerintah dan Strategi Nasional Literasi Keungan dari OJK untuk meningkatkan pengetahuan, keyakinan, dan keterampilan masyarakat dalam mengelola keuangan yang lebih baik. Program Citi Peka hadir memenuhi kebutuhan ini. Kebutuhan mendesak akan literasi dan edukasi keuangan untuk perempuan matang Indonesia, terutama mereka yang tidak/belum mempunyai akses ke pendidikan produk dan jasa keuangan.
Bagaimanapun, perempuan di Indonesia memiliki potensi untuk berkontribusi dalam pembangunan perekonomian, dan dengan pendidikan keuangan perempuan dapat memberdayakan diri sendiri untuk lebih percaya diri dan memiliki kekuatan ekonomi yang lebih baik. Untuk menjadi mandiri, cara paling baik tentu dengan mengandalkan diri sendiri terlebih dahulu. Banyak cara untuk belajar; tidak ada yang instan, namun banyaknya sumber pembelajaran seharusnya menjadikan proses belajar lebih mudah.
Mengutip mbak Vera Makki, Country Head Corporate Affairs Citi Indonesia, “One woman can make a difference, but together we can rock the world“
Ayo, jadi perempuan Indonesia yang melek finansial, yang mandiri secara finansial, bersama-sama!