
Jauh sebelum tanggal 25 Agustus, saya sudah berdebar-debar tak keruan, membayangkan seperti apa rasanya menonton langsung dewa-dewa musik ini manggung. Ketika saat itu tiba, malam saat stadion GBK menjelma lautan hitam manusia, ketika The Ecstasy of Gold membuat seisi stadion bergemuruh, bukan ini reaksi yang saya rencanakan: terdiam, meresapi senyap yang menguasai kepala. Saya tenggelam jauh ke dasar kesadaran. Saya tak perlu sibuk menenangkan detak jantung, seperti yang selalu saya bayangkan. Ingin menangis rasanya, menyadari bahwa saya tengah berdiri di antara puluhan ribu orang yang memuja dewa yang sama: Metallica.
Selanjutnya, Hit The Lights dan tujuh belas lagu lain –termasuk Cyanide yang menjadi salah satu yang saya tunggu-tunggu banget– membuat GBK meledak dalam hingar bingar luar biasa. Saya bersyukur jaringan telepon di dalam stadion sepertinya mati total, setidaknya di hape saya. Setidaknya momen mewah itu tidak sia-sia. Tak ada yang terlewat hanya gara-gara sibuk upload foto dan update status.
Dari berbagai berita yang mengatakan bahwa ini konser musik rock teraman sejauh ini, saya setuju. Mungkin karena sebagian besar penontonnya juga tidak muda lagi. Hahaha. Tapi saya sempat terdorong-dorong dan kegencet-gencet mau pingsan di barisan paling depan, sebelum akhirnya diseret mundur oleh Ichanx yang nonton bareng saya. Kedua lengan saya sakit setelah berusaha mati-matian supaya gak terdorong jatuh. Itu aja sih ngerinya. Di antara para jamaah lain yang sibuk moshing, saya sempat punya pikiran seram: ADUH TUHAN INI GIMANA KALO JATUH-KEINJEK-MATI DI SINI? Lha sama sekali gak ada ruang untuk bergerak di depan sana. Beberapa orang mulai berteriak-teriak marah, mengingatkan supaya gak dorong-dorongan brutal kayak gitu. Hadeuh, baby…
Entah kapan bisa nonton mereka lagi. Atau entah apakah mereka masih akan ngadain tour lagi setelah rangkaian konser ini berakhir. Tapi kalau iya, untuk pertunjukan semegah dan segila ini, saya lebih dari rela untuk mengalaminya sekali lagi: menjadi tolol dan cengeng sesaat. Seperti malam itu.
Seperti malam itu…
Catatan:
– nonton Metallica gak harus pake kaos Metallica. Saya pake t-shirt bergambar The Simpsons.
– tali jam tangan saya putus tersangkut ransel waktu heboh lari-larian begitu gerbang dibuka.
– menyenangkan melihat mas-mas dan om-om berdandan gahar, kaos hitam2, jajan teh botol dan gorengan di depan GBK
– saya akan selalu ingat momen spektakuler ini: ketika The Ecstasy of Gold diputar, Ichanx tampak larut total, dan dengan mata berkaca-kaca ia bergumam… “Allahu Akbar”