Menghapal nama kenalan baru, apalagi yang baru pertama kali ketemu, apalagi ketemunya dengan beberapa orang sekaligus, sungguh bukan perkara gampang. Saya dodol kalo urusan beginian. Seringkali sambil menahan malu dan meminta maaf, saya terpaksa harus bertanya ulang nama seseorang, bahkan di perjumpaan yang kesekian. Bukan karena sombong, tapi memang kemampuan saya minus di situ.
Karenanya, malam itu, waktu sadar bahwa ibu Prita Kemal Gani hapal nama kami semua, enam blogger yang baru pertama kali beliau temui dan kenal di acara ngobrol santai sambil dinner bareng di sebuah resto di Grand Indonesia, saya takjub sekaligus jadi malu ati. Haha.
Aduh, ibu yang satu ini bener-bener luar biasa. Karirnya cemerlang, sukses menjadi istri dan ibu untuk keluarganya, tapi begitu rendah hati dan sangat, sangat humble. Tampilan luarnya sih gak bisa bohong, ya. Walau berusaha tampil bersahaja, tetep aja cara dandannya keliatan chic, elegant, dan mahal. Membuat saya semakin kagum. Kok bisa ya, beliau mengingat nama kami semua hanya dengan sekali kenal dan salaman? Susah bener lho, itu. Kapan-kapan kalo ketemu lagi, saya pengen nanya gimana caranya mengingat nama dan wajah orang, ah. Huehehe..

Malam itu, dari Ibu Prita Kemal Gani yang baru pulang dari Kuala Lumpur untuk menerima ASEAN People’s Award (APA) di KTT ASEAN 2015, saya belajar banyak hal. Bu Prita yang adalah Ketua ASEAN Public Relation Network (APRN) ini bercerita begitu banyak tentang awal mula beliau jatuh hati dengan dunia Public Relations, kemudian apa yang beliau lakukan untuk memperjuangkan cintanya ini, pencapaiannya, kendala yang beliau temui selama berkarir di dunia PR, dan sebagainya.

Dari semua kisah yang beliau ceritakan malam itu dengan gaya bertuturnya yang ekspresif, saya mencatat satu hal penting, bahwa jika kita sudah memilih dan menyukai suatu bidang pekerjaan, maka fokus dan pusatkan semua energimu ke sana. Totalitas, usaha yang sungguh-sungguh dan tanpa kenal menyerah, pada akhirnya akan membuahkan hasil yang manis di akhir perjuangan. Maka, jangan bingungan, jangan gampang galau atau berubah pikiran. Kalau udah tau apa yang kita inginkan dalam hidup, kalau udah yakin bahwa kita mengejar sesuatu yang benar dan baik, then just go for it.
Satu hal yang juga menarik, malam itu Bu Prita yang menjadi Ketua Perhumas sampai dengan tahun 2014 ini, bilang bahwa di era perdagangan bebas (baca: MEA, Masyarakat Ekonomi Asean), sebetulnya para praktisi Public Relations di Indonesia sudah siap untuk bersaing dengan sejawatnya dari negara-negara Asean yang lain. Orang Indonesia secara umum dikenal sebagai pribadi yang ulet, kreatif, dan tahan banting. Kekurangan kita hanya satu: umumnya kita belum bisa menulis dalam Bahasa Inggris yang bagus. “Kita belum bisa writing in good English, and in western perspective. Kita masih harus belajar di situ”, kata Bu Prita lagi.

Malam belum terlalu larut, namun sesi ngobrol seru dengan perempuan luar biasa itu harus kami sudahi. “Maaf, harus balik dulu. Saya sudah ditunggu Rasyha di bawah,” ujarnya. Ah, ibu yang hebat. Berada di puncak karir, menjadi ikon dunia PR di negeri ini tidak membuatnya melupakan kodratnya sebagai istri dan ibu.
Sampai ketemu lagi, Mbak Prita. Terima kasih banyak untuk waktu dan cerita-ceritanya.