Beberapa saat setelah trip #pesonasriwijaya atas undangan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Selatan berakhir. Kami semua sudah nyampe rumah masing-masing. Kembali ke rutinitas kegiatan masing-masing. Whatsapp group yang isinya para peserta trip, sesekali masih riuh dengan obrolan ngalor ngidul tentang banyak hal. Kadang kami cuma saling menyapa, sekadar melepas kangen. Halah.
Lalu ada yang bertanya. Kira-kira begini pertanyaannya. “Guys, dari semua kota yang kita singgahi selama road trip, kota mana favorit kalian?”. Jawaban kami semua nyaris seragam: Pagaralam!
Yup! Pagaralam, kota persinggahan terakhir sebelum kami kembali ke kota masing-masing lewat Bandar Udara Silampari di kota Lubuk Linggau ini, menurut saya memang istimewa. Saya gak bohong waktu mengetik cepat-cepat. “PAGARALAM! Easily the highlight of the trip!”
Terletak kurang lebih 300 kilometer dari Palembang, ibukota provinsi Sumatera Selatan, kota dengan jumlah penduduk gak nyampe 150 ribu jiwa ini memang bikin betah. Laid back, tenang, saya seketika jatuh suka dengan vibe yang ditawarkan kota ini. Setelah perjalanan super panjang (bayangkan, hampir setiap hari kami berpindah dari satu kota ke kota lain, naik bus, berjam-jam di jalan, SETIAP HARI), Pagaralam menjadi semacam hadiah manis. Dikelilingi oleh jajaran Bukit Barisan yang terlihat gagah di kejauhan, udara di kota yang berada di kaki Gunung Dempo ini cukup sejuk.
Sejuk, yaaa… Bukan dingin. Atau mungkin karena saat kami ke sana memang belum masuk musim yang suhunya bikin menggigil, ya? Yang jelas, waktu pertama kali bus berhenti di parkiran Hotel Gunung Gare, saya langsung suka atmosfernya. Hotel yang kabarnya baru dibangun lagi (dan dikelola oleh investor swasta) ini tampak hangat dan bersahabat. Dikelilingi oleh perkebunan teh, literally dikelilingi, mata jadi seger dimanjakan oleh warna hijau perkebunan teh, sejauh mata memandang. Area kebun teh persis di belakang hotel pun, tak ayal menjadi spot favorit buat foto-foto setiap ada kesempatan.
Seneng banget waktu dijanjiin jalan-jalan ke kebun teh –juga pabrik teh– milik PTPN Nusantara VII besok paginya. Walaupun akhirnya saya batal masuk ke pabrik teh, sih. Karena tampaknya pihak PTPN gak siap menerima kunjungan rombongan kami, jadi saya memilih duduk-duduk aja di halaman depannya bareng beberapa orang, sambil nunggu temen-temen blogger dari Malaysia dan Singapura melihat-lihat ke dalam pabrik. Kecewa? Nggak juga. Saya lebih tertarik untuk main ke kebunnya, ngobrol dengan ibu-ibu hebat yang berprofesi sebagai pemetik teh, seperti Ibu Kasminem di foto ini.
Atau sekadar bengong sambil menikmati pemandangan secantik ini…
Atau foto ala-ala sambil lari-larian di tengah kebun teh kayak gini…

Atau… ini yang lebih seru: NYOBAIN NAIK MOBIL OFF ROAD! Beneran, ini sumpah seru gilak. Saya tadinya gak ngerti waktu dikasitau bahwa acara kami siang itu ‘ mau off road’. Hah? Off road gimana maksudnya?
Kirain mau naik ATV keliling-keliling kebun teh gitu, yang sesekali ada tanjakan, sesekali nyebrang sungai, masuk desa-desa. Lhah ternyata, kami dibawa ke Rebah Tinggi, kecamatan Dempo Utara, ke tempat ngumpulnya (dan tempat latihan) komunitas BORT alias Besemah Offroad Racing Team. Alamak! Antara deg-degan, semangat, dan takut, saya pasrah aja nunggu giliran dibawa kebut-kebutan di track berbukit-bukit yang terlihat serem. Hahahaha…


Yang bikin kaget, komunitas ini punya 2 member perempuan, lhoh. Yang satu namanya Ibu Henny, mengaku udah 3 tahun main mobil offroad gara-gara ketularan suaminya yang udah demen offroad duluan. Satunya lagi, cewek bongsor bernama Bimbim yang umurnya… ternyata… JENG JEEEENGGG… baru…. EMPAT BELAS TAHUN! Aduh, dek. Kamu kok berani banget naik mobil lumpat-lumpatan di becek-becekan gitu sih dek? :))

Saya sempet ngajak Bu Henny ngobrol. Waktu saya tanya apa pernah ngalamin yang serem-serem, mobil terguling, misalnya? Dengan enteng beliau menjawab, “Oooo kalo cuma mobil terbalik sih udah biasa. Saya pernah mobil saya terguling-guling sampai 3 kali.”
Hah, Ibu gak apa-apa, Bu?
“Nggak apa-apa. Yang penting udah pake seat belt, dan badan jangan sampai keluar dari mobil waktu terguling.”
Yaela. Ibu Henny nyeritain mobil kebalik kayak ngomongin resep masakan. Happy tanpa beban gitu, hahaha. Saya mah ngeriiii…
Saya sempet bikin footage adegan anjrut-anjrutan waktu naik mobil offroad, tapi kualitas videonya gak bagus. Jadi nanti saya edit dulu sebelum upload yak..

Tuh, gak salah kan, kalau saya menjadikan kota ini favorit di atara semua kota dalam rangkaian roadtrip ini? Pagaralam memang cantik dan punya banyak keseruan yang bisa dieksplor. Tapi secara keseluruhan, trip ini memang seru banget. Lumayan capek, tapi seruuuuu! Mungkin karena temen seperjalanannya asik-asik, dan team EO-nya juga jagoan bikin trip ini bukan hanya nyaman, tapi juga super fun!
Terima kasih Disbudpar Sumatera Selatan atas undangannya. Thanks Ira, Suzan, Dwiki, Mbak Inggi, Mbak Elly. Thank you for having us :)
*featured image koleksi Pojie